Alun Alun Ciamis

Memang berani nyetir sendiri ke Ciamis? Memang kuat di jalannya? Itulah beberapa pertanyaan yang seringkali dilontarkan ketika saya berencana untuk bawa mobil sendiri pulang kampung ke Ciamis dari Kudus. Saya sudah berniat untuk mencoba untuk nyetir sendiri sekaligus sebagai penanda setahun mulai berani menyetir. Ini adalah perjalanan yang seru dan penuh dengan tantangan!

Menyetir ke luar Kota kali ini sungguh berbeda dengan perjalanan sebelum-sebelumnya, karena akan menempuh jarak lebih dari 400Km dengan durasi perjalanan sekitar 10-12 jam. Melewati beberapa kota dengan kontur jalan yang bervariasi mulai dari Jalan Tol, hingga jalan berkelok-kelok khas pegunungan.

Menyetir Kudus-Ciamis kurang lebih 400Km

Perjalanan pulang ke Ciamis ini saya rencanakan sejak lebaran yang lalu. Pertimbangannya karena selepas bulan Agustus tidak ada tanggal merah hingga akhir tahun, maka pulang di bulan Agustus ini merupakan waktu yang tepat. Kebetulan istri masih punya stok cuti lumayan banyak hingga bisa ada waktu 1 minggu yang bisa digunakan untuk pulang kampung.

Jadilah tanggal 13 dipilih untuk melakukan perjalanan ini. Yang ikut ada Istri, Aruna, Adik Lelaki dan Mak De, jadi hanya ada 5 orang saja di dalam mobil. Baris kedua dibuat rebahan agar si kecil bisa nyaman di perjalanan, dengan dilapisi bed cover dan bantal sehingga akan terasa empuk. Di samping saya sebagai supir ada adik lelaki sebagai co driver.

Kudus-Semarang-Wonosobo

Saya memutuskan berangkat malam selepas Isya dari Kudus, pertimbangannya agar lalu lintas lebih lengang dan menghindari kemacetan di Demak akibat dari proyek penggantian jembatan Wonokerto. Namun nyatanya hujan malah turun, dan perkiraan saya ini mungkin akan macet parah di Demak. Dan benar saja di cek di maps sudah merah pekat.

Saya menjemput Mak De di Welahan Jepara, lalu melanjutkan perjalanan dengan jalanan basah akibat hujan turun mulai dari sore hari. Dari Welahan hingga lingkar Demak saya bisa memacu mobil dengan leluasa, nyaris tanpa hambatan yang berarti. Namun ini tidak berlangsung lama karena selepas lingkar tepatnya di depan Polres Demak kemacetan sudah mengular. Sekira Jam 20.30an saya memasuki antrean macet ini, dan nyaris tidak bergerak.

Bergerak hanya sedikit demi sedikit dengan himpitan truk-truk raksasa khas pantura di depan belakang maupun kiri kanan. 2 Jalur yang ada penuh dengan kendaraan yang merayap meter demi meter. Saya cukup kaget ternyata di malam haripun macetnya bisa separah ini, tidak bisa membayangkan jika pas waktu berangkat dan bubar kerja akan seperti apa jadinya.

Waktu terasa cepat sekali berlalu, untuk jarak sekitar 5 Km kami rasanya tidak sampai-sampai di ujung kemacetan. Hingga kemudian saya diarahkan untuk masuk ke jalur alternatif untuk memotong kemacetan. Dan ini benar-benar sangat membantu walaupun Pak Ogahnya banyak banget hampir di tiap tikungan.

Kami benar-benar lepas dari kemacetan sekitar jam 22.00 berarti setelah hampir 1 jam setengah terjebak. Saya kembali memacu kendaraan untuk masuk jalan tol. Ini kali kedua masuk jalan tol, dan kali ini tidak ada pendamping yang akan mengarahkan. Adik saya tidak punya pengalaman menyetir atau road trip jauh memakai mobil.

Di gerbang tol pertama saya kurang menepi jadi tangan saya tidak sampai untuk menempelkan kartu. Ah dasar pemula, jadi mundur sedikit dan memepetkan mobil agar bisa ngetap tanpa kesulitan. Jalan tol relatif lengang jadi saya bisa memacu kendaraan dengan leluasa.

Keluar tol di exit tol Bawen, ambil kanan lalu belok kiri menuju jalur Ambarawa. Jalanan sempit dibeberapa titik dengan truk muatan berat membuat saya melepas gas. Dan ini rupanya menggemaskan bagi kendaraan di belakang karena seharusnya Saya berani blong kiri. Jujur ini pengalaman baru untuk mengeblong kiri, karena selama ini hanya nyupir di dalam kota saja.

Setelah mulai berani blong kiri perjalanan jadi terasa lebih cepat, hingga tiba di Pos Polisi Pringsurat waktunya untuk ambil kanan berpisah dari jalan utama menuju ke Temanggung.

Untuk Temanggung-Parakan hingga naik ke Wonosobo lalu lintas relatif sepi sehingga bisa leluasa sekali memacu kendaraan. Aruna selama perjalanan juga tidak rewel dan asyik tidur bersama Ibunya. Kurang lebih pukul 1, Selepas turunan panjang di Kertek, Kami memutuskan untuk berhenti di SPBU Gontor Wonosobo untuk beristirahat. Ke toilet dan makan untuk mengganjal perut.

Wonosobo-Banjarnegara-Wangon-Ciamis

Selepas istirahat kami melanjutkan perjalanan, baru setengah perjalanan dan masih ada ratusan Kilometer lagi untuk ditempuh. Memasuki Banjarnegara saya mulai terasa mengantuk, tapi masih bisa berkonsentrasi penuh. Istri dan Mak De berulang kali mengingatkan untuk berhenti. Saya pikir nanti mencari area yang cukup rame.

Tanpa terasa mata malah semakin segar melihat jalan yang konturnya mulai berkelok-kelok. Tikungan tajam sampai tikungan yang hampir membulat menuntut konsentrasi membuat saya tidak lagi merasa mengantuk, terasa menantang untuk melahapnya.

Jalur Wangon-Karangpuung-Sidareja terlewati, adzan subuh mulai terdengar di kejauhan. Saya semakin terpau untuk sampai diruah sesegera mungkin. Jalanan yang sepi enak sekali untuk dilewati dengan leluasa.

Jam setengah 6 akhirnya touhdown di depan rumah Ciamis, Bapak dan Ibu menyambut kami turun dari mobil. Saya yang tadinya tidak merasa ngantuk ujug-ujug mata terasa berat sekali begitu sampai dirumah.

Akhirnya perjalanan ini sampai di garis finish dengan selamat, Kudus-Ciamis ditempuh dalam waktu sekitar 10 jam dengan satu kali berhenti di Wonosobo. Kalau dipikir-pikir tadinya terasa tidak mungkin, tapi nyatanya mampu kok menyetir sendiri menempuh 400Km full tanpa digantikan.

Rasanya benar-benar melegakan dan juga bangga, haha karena bagaimanapun banyak yang meragukan jika perjalanan ini akan benar-benar terwujud. So, Alhamdulillah.

Facebook Comments