Narsis, kata yang banyak di pakai di akhir-akhir ini,di jaman serba Online di mana facebook dan twitter merajalela.Foto dengan angle aneh-aneh plus mimik lucu nah di panggil deh ”narsis” atau narziss.
Tapi apa sih narsis itu ?.
Tahukah sobat bahwa narsis itu adalah sebutan bagi Sejenis Bunga di Yunani sana.
Dan di latar belakangi oleh sebuah legenda, simak deh sob.
Konon tersebutlah seorang pemuda yang sangat tampan, Narccisus, putra Kifisos. Saking tampannya banyak peri-peri yang jatuh cinta dan berdebar-debar bila memandangnya. Narccisus menyadari
dan bangga akan kelebihannya tersebut. Ia seringkali merendahkan peri-peri yang mengejar-ngejar dirinya. Salah satu peri yang tergila-gila pada Narccisus adalah Echo, yakni peri yang jelita namun sayangnya sulit berbicara dan hanya mampu mengulangi kata terakhir dari kalimat yang didengarnya.
Suatu hari, Echo melihat Narccisus yang sedang bercengkrama di dalam hutan. Karena kurang percaya diri, Echo hanya berani menguntit dan mengintip idolanya dari balik semak. Narccisus sadar bahwa ada seseorang yang mengikutinya,
dan berteriak, “Hai..siapa yang mengintipku?”
“Kku!”, jawab Echo
“Dimana engkau?”, lanjut Narccisus, “Ke sini!”
“Sini”, sahut Echo, namun belum berani
menampakkan dirinya“Keluarlah, aku ingin melihatmu”, Narccisus berkata
dengan suara yang lebih lembut seakan memberi harapan.
Dengan dada berdebar, Echo memperlihatkan dirinya dengan senyuman penuh harap,“ Melihatmu”, ujarnya malu-malu.
Sayangnya respon Narccisus tidak seperti yang Ia harapkan. Dengan pongah Narccisus berteriak,“ Enyahlah, kau pikir aku menyukaimu? Tolol!”
“Tolol”, seketika Echo tersedu dan menjauh ke dalam hutan dengan sejuta kekecewaan.
Afrodite – dewi asmara yang rupawan- mengetahui kejadian itu dan geram melihat kepongahan Narccisus. Ia tidak ingin membiarkan kelakuan Narccisus ini berkelanjutan. Oleh karena itu Ia merencanakan suatu ganjaran untuk kesombongan pemuda tampan itu.
Suatu hari, ketika Narccisus sedang berjalan-jalan di hutan dan menemukan suatu kolam yang airnya sangat jernih. Kolam tersebut berada di tengah hutan yang rindang dan tenang, bahkan angin tidak menggerakkan permukaan air bening bagai kristal tersebut. Seketika itu timbullah rasa haus yang mendorong Narccisus untuk meminum air kolam
nan jernih tersebut. Saat Narccisus
membungkukkan badannya mendekati permukaan kolam, Ia melihat bayangan wajah tampannya dan sejurus kemudian, Eros, putra kecil Afrodite dengan ijin ibunya melepaskan anak panah ke jantung hati Narccisus. Akibatnya Narccisus diliputi perasaan cinta akan pantulan wajah yang Ia lihat di permukaan kolam yang tenang.
Tak puas-puasnya Ia mengagumi wajah tersebut samapi timbul keinginan untuk menyentuh dan mencium wajah itu. Saat Narccisus menyentuhkan bibirnya ke
permukaan kolam, air kolam menjadi beriak sehingga wajah yang semula tampan menjadi berlipat-lipat. Begitu pula ketika Narccisus ingin merengkuhnya. Bayangan tersebut seketika menghilang. Berulang kali, Ia mencoba dan semakin
putus asa dirinya.
Berhari-hari Narccisus duduk terpekut di tepi kolam menatap wajah yang dikaguminya, tidak makan atau minum. Merski tubuhnya semakin lemas, Ia
tidak pernah berpikir untuk meninggalkan wajah yang dikaguminya sampai ajal menjemputnya.
Narccisus tergelatak tak bernyawa di tepian kolam berair jenih.Maka berdukalah peri-peri hutan pengagum Narccisus, termasuk Echo yang tidak pernah sakit hati walau mendapat perlakuan buruk Narccisus. Ia menangis di samping jenazah Narccisus sampai Echo tertidur saat malam menjelang. Keesokkan paginya, Echo terkejut tidak melihat mayat Narccisus melainkan tumbunya sekuntum bunga yang harum. Sedangkan Echo masih belum mampu menahan kesedihan hatinya, dan berjalan tidak menentu.
Bunga tersebut lalu dinamakan bunga narsis.
Di Yunani, bunga itu biasa digunakan dalam upacara pemakanan. Sedangkan menurut legenda, Echo masih ada di dalam hutan. Bilamana kita berteriak
keras dan tiba-tiba terdengar akhir kata yang kita ucapkan berarti Echo ada di sana.
Munkin itu juga mengapa ada dinamakan echo atau gema untuk suara pantulan.
(Sumber : Musik Dewa-dewa, karya Menelaos Stephanides dan Yannis Stephanides, terbitan PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1989)
Narsis Dicirikan secara khas dengan perhatian yang ekstrim kepada diri sendiri,dan kurang atau tidak adanya perhatian
pada orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa inti dari narsisme adalah kecintaan yang berlebihan akan diri sendiri (seperti kecintaan Narccisus yang berlebihan atas
bayangan wajahnya).Jangan berlebihan ea sob yang wajar-wajar aja okey…