Kalau ada satu sosok yang diam-diam jadi panutan saya dalam hidup, itu adalah Pak Supardi, mertua saya sendiri. Di usia yang sudah 66 tahun, beliau masih bangun paling pagi, dan masih sangat bersemangat untuk terus produktif.

Setiap hari, rutinitasnya tak banyak berubah, beliau membuka lapak tambal ban miliknya. Bukan sekadar tambal biasa, yang beliau kerjakan adalah tambal ban pres, teknik yang membutuhkan ketelitian dan kekuatan fisik yang prima.

Mata kering jangan sepelein
Bapak Supardi saat menjahit ban

Tangannya masih sangat cekatan menjahit ban mobil yang robek, menyusun potongan karet penambal dengan presisi, lalu mengepresnya dalam suhu tinggi selama dua jam. Setelah proses itu selesai, sisa-sisa karet yang menempel di sekitar tambalan akan dirapikan dengan besi panas, memastikan permukaannya kembali mulus dan siap digunakan.

Ketangguhan yang Terkikis dari Bapak Mertua

Di balik ketangguhan itu, ada satu keluhan yang perlahan terkuak. Suatu sore, saya melihat beliau berhenti sejenak, menunduk di bangkunya. “Nak, mata ini kadang terasa perih sekali,” ujarnya sambil mengedip pelan. “Seperti ada pasir, apalagi kalau kena asap karet yang terbakar”. Tangannya refleks mengusap sudut matanya.

Saya tahu, itulah momen di mana kenyataan tentang mata kering pada usia lanjut ternyata dialami oleh bapak mertua.

Mata Kering karena faktor usia
Merapikan ban dengan besi panas

Mata Kering dan Faktor Usia, Kombinasi yang Tak Terhindarkan

Mata kering bukan hanya “keluhan” pengguna gadget atau pekerja kantoran. Bagi lansia, gangguan ini adalah bagian tak terelakkan dari proses penuaan.

Tidak banyak yang tahu bahwa produksi air mata ternyata ikut menurun seiring bertambahnya usia. Saat kita sudah masuk usia lanjut, protein yang bertugas menjaga kelembapan dan membentuk lapisan air mata mulai berkurang. Mata jadi tidak sebasah dulu, lebih mudah terasa perih, sepet, bahkan lelah.

Selain itu, kelopak mata juga mulai kehilangan sensitifitasnya untuk menyebarkan air mata secara merata ke seluruh permukaan bola mata. Akibatnya, permukaan mata jadi cepat kering, dan muncullah rasa tidak nyaman seperti yang sering Pak Supardi alami.

Paparan debu, asap kendaraan, dan panas yang intens, seperti yang dialami Pak Supardi setiap hari di lapak tambal ban, juga memicu evaporasi air mata yang lebih cepat sehingga punya andil besar dalam memicu mata kering.

Mata Kering: Gejala yang Sering Diabaikan

Masih banyak yang menganggap gejala ringan, seperti mata sepet, perih, atau lelah hanya masalah sepele. Padahal, kombinasi gejala ini bisa jadi sinyal awal bahwa permukaan mata kehilangan kelembapan alami. Berikut tanda-tanda mata kering yang perlu diwaspadai:

  • Mata Sepet: sensasi seperti ada pasir halus di mata
  • Mata Perih: nyeri ringan saat terkena angin, debu, atau sinar terang
  • Mata Lelah: cepat lelah meski aktivitas visual tidak berat

Semua gejala itu muncul silih berganti, kadang terasa ringan, kadang begitu mengganggu hingga aktivitas sehari-hari harus terhenti sejenak.

Dari Keluhan ke Solusi: Botol Biru Kecil Bernama Insto Dry Eyes

Insto dry Eyes

Saya tahu beliau bukan tipe orang yang suka ribet ke dokter. Jadi saya rekomendasikan satu botol kecil Insto Dry Eyes yang memang sudah sejak lama saya gunakan menemani keseharian sebagai freelancer.

Awalnya, beliau agak bingung.

“Ini apa?”

“Ini buat mata Bapak yang sering perih. Cuma perlu tetesin aja, nanti akan langsung enakan.”

Satu tetes pertama, saya lihat mata beliau refleks menyipit. Tapi beberapa detik kemudian, ekspresinya berubah.

“Wah… adem ya. Mata langsung seperti dikasih angin segar!”

Mata kering atasi dengan insto dry eyes
Atasi dengan insto dry eyes

Sejak saat itu, botol kecil itu jadi benda wajib di dekatnya. Pagi sebelum mulai kerja, siang saat mata mulai terasa lelah, dan sore saat semua ban sudah selesai ditambal.

Produktif di Usia Senja? Bisa, Asal Mata Nyaman

Buat Pak Supardi, berhenti bekerja bukan pilihan. “Selama tangan dan kaki ini masih bisa gerak, aku tetap kerja,” katanya. Tapi saya tahu betul, rasa perih dan sepet di mata itu bisa perlahan mencuri semangat.

Karena itu, saya selalu bersyukur beliau cocok dengan Insto Dry Eyes. Bukan cuma mengurangi rasa perih, tapi juga bikin beliau bisa kembali fokus, tetap produktif, dan nyaman beraktivitas tanpa harus mengeluh soal mata terus-menerus.

Apalagi sekarang Insto Dry Eyes hadir dengan kemasan baru yang modern dan praktis. Ringkas, gampang dibawa, dan gampang digunakan kapan saja dibutuhkan. Solusi sederhana, tapi efeknya luar biasa.

Jangan Sepelekan Gejala Kecil

Seringkali, masalah seperti mata sepet, perih, dan lelah dianggap biasa saja. Apalagi orang tua kadang enggan cerita soal ketidaknyamanan di tubuhnya. Padahal, kalau dibiarkan, mata kering bisa berdampak serius mengganggu penglihatan, menyebabkan iritasi, bahkan infeksi.

Jadi kalau mulai terasa tidak nyaman, jangan tunggu makin parah. #MataKeringJanganSepelein, karena kenyamanan mata menentukan bagaimana kita menikmati hari.

MataKeringJanganSepelein
Bermain dengan cucunya

Sejak kenal Insto, Pak Supardi jarang lagi mengeluh soal matanya. Beliau tetap lincah menambal ban, tetap bisa bercanda dengan cucunya sore hari, dan tetap semangat bangun pagi untuk memulai hari.

Semua itu dimulai dari satu perubahan kecil: tetesin Insto Dry Eyes.

Kekuatan semangat Pak Supardi dan botol biru kecil ini menginspirasi kita untuk lebih peduli pada kesehatan mata. Karena dengan mata yang terjaga kelembapannya, kita bisa terus melihat dunia dengan jelas, menyimpan momen indah, menautkan senyum lebar, dan menjalani hari produktif, berapapun usia kita.

Facebook Comments