Bosan jadi karyawan dan memang tidak pernah ada keinginan untuk menjadi karyawan selamanya.
Sulit rasanya jika harus menipu diri dan memantapkan keyakinan untuk mengabdi pada perusahaan, pada instansi atau apapun yang membayar jerih payah kita setiap bulan namun disamping itu kita menggadaikan kemerdekaan diri?.
Dan mendapati Rutinitas yang berjajar seperti abjad a, b, c dan seterusnya dan kembali ke a lagi ketika sudah sampai pada z,.
Setiap kali yang ditunggu hanyalah waktu,agar berjalan secepatnya kalau perlu berlari,sedang kita tahu satu jam tidak akan pernah lebih dari enam puluh menit.Setiap hari yang dinanti adalah akhir pekan, kapan sabtu dan minggu akan datang. Menghitung minggu yang tak pernah kurang dari tujuh hari, mencari-cari seandainya ada angka yang berwarna merah pada kalender.
Saat Bertemu bosan di persimpangan hari, ketika itu-itu saja yang ditemui karena bosan bisa muncul darimana saja dan punya ribuan rupa, tak juga bisa dihindari. Jika bosan adalah cobaan cukupkah tabah yang menjadi pilihan?.
Membiarkannya bahwa nanti akan hilang sendiri, aku tidak yakin!.Bosan Menumpuk semakin berat !.
Bosan adalah tantangan yang muncul di semua tingkat dan sisi kehidupan. Bosan harus dikalahkan jika tidak ingin terjangkit dan berubah menjadi jiwa yang membosankan. ”Membosankan” dan aku yakin adalah kata yang tidak ingin dijadikan label pada setiap insan, tentunya dalam levelnya masing-masing. Mengenali level kebosanan dan seberapa membosankan kita bisa menjadi langkah pertama menghadapi tantangan ini.
Tapi,Seberapa bosankah kita? Ribuan kali sudah aku bilang bosan dan masih kulakukan. Setiap bercerita entah berapa kali kata bosan muncul dalam setiap kalimat yang keluar,namun masih belum juga ditinggalkan. Bayangan-bayangan yang muncul dari rasa takut, tak aman, bahkan juga malu menjadi ”sosok setan yang menyeramkan”.
Tidur bukan lagi kebutuhan tapi kewajiban meski yang terjadi mata tak kunjung terpejam sampai dini hari. Membenci, memaki bukan hanya pada apa yang dirasa tidak benar karena semua memang tidak ada yang terasa benar. Tekanan yang sebelumnya tidak dirasa semakin nyata, ku mudah emosi.
Kurasa ahli kesehatan atau kejiwaan pun tahu bahwa pada tahap seperti ini bosan telah mewujudkan bentuknya dengan apa yang disebut stress. Kram perut setiap hari, tidak nafsu makan bahkan sampai meriang tapi begitu keluar dari kantor semua langsung hilang. Rasanya beban yang menggelayut di pundak lenyap tanpa bekas
“Aku bosan dan aku tidak bisa terus melakukan yang seperti ini setiap hari,” keputusan pun dijatuhkan, sebuah pilihan demi menyelamatkan diri dari lubang yang lebih dalam. Bisakah dibilang mudah?.
Sebenarnya buatku Tak ada masalah dengan ritme kerja karena rekan kerja mampu menghapus gurat-gurat kepenatan,mereka bukan hanya teman tapi sudah menjadi sebuah bagian dari keluarga besar yang mungkin susah untuk didapatkan.Jalan bersama sepulang kerja,ataupun sekedar makan bersama itu sungguh tidak akan terlupakan.
Tapi ‘Bosan ‘,Bagiku bukan lagi sesuatu yang sebaiknya diambil tapi harus diambil meski kemudian dipertanyakan, diprasangkakan. Terbiasa ada kemudian tak ada, terbiasa disapa sekejap saja semua sirna, hanya tentang seseorang dengan pilihan yang sudah dijatuhkan. Tak terlalu berpikir dengan apa yang akan terjadi, yang dia tahu jiwanya lebih penting untuk diselamatkan dari rasa bosan dari hal-hal yang akan membuatnya menjadi orang yang membosankan.