Loyalitas, kata itulah yang kerap terdengar di telinga para Karyawan. Dan terus di dengung-dengungkan oleh manajemen Perusahaan. Apakah ini pembodohan dari sebuah Perusahaan ?. Bukan menuduh namun saya sebagai seorang buruh, merasakan bahwa kata ”loyalitas” itu hanyalah bentuk lain dari pemerasan terhadap kami.
Sebenarnya Loyalitas berasal dari kata “loyal” yang berarti setia atau patuh, loyalitas berarti mengikuti dengan patuh dan setia terhadap seseorang atau peraturan yang telah di sepakati bersama.
Istilah loyalitas ini sering diartikan bahwa seseorang akan disebut loyal atau memiliki loyalitas yang tinggi jika mau mengikuti apa yang diperintahkan.
Perusahaan atau pengusaha mengartikan loyalitas adalah suatu kesetiaan karyawannya kepada perusahaan. Namun pada praktek nya, arti kata loyalitas sering dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memanfaatkan karyawan semaksimal mungkin tanpa memperhatikan kebutuhan karyawan itu sendiri. Para karyawan disodori berbagai peraturan mentah-mentah tanpa ada opsi untuk mengelak.
Dalam hal ini, perusahaan atau pengusaha hanya menganggap hubungannya dengan karyawan bukan sebagai partner, tetapi sebagai majikan dan pegawai. Kewajiban mereka terputus sebatas memberikan upah tanpa mau tahu apa yang terjadi dengan karyawanya.
Perusahaan dengan mudah memberi cap “tidak loyal” kepada karyawannya jika karyawannya tersebut tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh perusahaan, misalnya tidak mau kerja lembur atau tidak mengikuti suatu kegiatan yang diminta oleh perusahaan meski pekerjaan atau kegiatan tersebut diluar jam kerja.
”loyal atau tidak loyal” bisa juga ditentukan oleh para ”penguasa” pada perusahaan. Para pemangku kebijakan perusahaan ini adalah karyawan pada level manajerial, Supervisor di bagiannya, atau seorang HRD Manager misalnya. Pada perkembangannya pengertian semakin melenceng menjadi “kepatuhan bawahan terhadap apapun yang diperintahkan atasan”. Dan ini seringkali menjebak bawahan untuk berubah menjadi seorang karyawan yang YES-man, atau secara lebih tegas bisa disebut sebagai ‘penjilat’.
Dengan keadaan seperti ini seorang karyawan akan mudah saja di depak dari perusahaan hanya oleh karena faktor ”like and dislike” seorang atasan kepadanya tanpa melihat kapasitas karyawan tersebut. ‘Ironis’.
Menurut para professional Loyalitas adalah kesetiaan pada pekerjaan atau profesi. Sementara perusahaan hanya dipandang sebagai tempat bekerja, dan kewajiban karyawan hanyalah bekerja dan mengikuti peraturan yang berlaku di perusahaan tersebut, dan tentu saja harus mendapatkan hak-nya sesuai kesepakatan.
Karyawan berharap mereka dianggap sebagai partner oleh perusahaan bersama dengan pemilik kepentingan lainnya (customer, supplier, pemegang saham, lingkungan dan masyarakat sekitar) dianggap sama dan penting. Karyawan hanya akan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja jika menemukan kenyamanan dan rasa aman.
Dia merasa nyaman dengan lingkungannya, dengan sikap atasan atau rekan kerjanya, merasa aman dengan masa depannya, karir dan pekerjaannya. Rasa nyaman ini dengan sendirinya akan menumbuhkan kedekatan, kebahagiaan dan rasa memiliki. Sementara bekerja dan memiliki pekerjaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan rasa aman. Jika kedua hal tersebut ada, maka dengan sendirinya loyalitas karyawan akan meningkat.
Punya Opini? Silahkan sobat untuk menambahkan di kotak Komentar.