Situs Batu Panjang yang berada di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Foto: Istimewa

Kabupaten Ciamis Jawa Barat dikenal sebagai salah satu daerah yang menjadi pusat Kerajaan Galuh pada masa lampau. Banyak peninggalan Kerajaan Galuh yang tersebar di berbagai wilayah di Ciamis. Peninggalan-peninggalan tersebut dirawat masyarakat Ciamis dengan baik. Selain itu banyak mitos-mitos seputar Situs Sejarah di Ciamis yang dipercaya masyarakat di sana.

Berikut adalah 3 situs sejarah di Ciamis dan mitos-mitos yang banyak beredar di kalangan masyarakat setempat terkait keberadaan situs tersebut.

1.Mitos di Situs Ciung Wanara, Karangkamulyan Ciamis.

Situs sejarah dan legenda Ciungwanara Karangkamulyan berlokasi di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Situs ini rupanya menyimpan cerita-cerita mistis yang masih dipercaya oleh sebagian orang. Di area situs sejarah yang erat kaitannya dengan berdirinya Kerajaan Galuh ini  sering dijumpai kejadian-kejadian aneh yang tidak masuk akal.

Diantara mitos-mitos yang ada di Situs Ciung Wanara, diantaranya hewan peliharaan akan mati jika melewati Situs ini. Karena mitos ini, banyak rombongan sirkus yang memilih jalan memutar dari Jawa Tengah ke arah Bandung untuk menghindari situs ini. Namun, kala ada perlombaan burung berkicau, mitos ini terpatahkan. Karena tidak ada satupun burung yang ikut lomba di Situs Karangkamulyan mati.

Selain itu, di situs ini, pengunjung melarang menyebut kata ‘harimau’. Pernah kejadian seorang pengunjung mengaku dikejar harimau ketika mengelilingi kawasan hutan Situs Karangkamulyan. Rupanya, pengunjung tersebut sebelumnya berkata ingin bertemu harimau saat masuk ke situs tersebut.

Masih banyak mitos lain yang ada di Situs Karangkamulyan ini, diantaranya adalah larangan melakukan ritual pemujaan atau pesugihan di situs ini, larangan untuk berkata ‘sompral’ atau sembarangan, serta larangan merusak alam. Jika bicara sompral atau merusak alam, konon si pengunjung bisa kena apes.

2. Mitos di Situs Batu Panjang

Situs Batu Panjang yang berada di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, ini sebagai salah satu tempat peninggalan zaman prasejarah. Banyak juga yang percaya Situs Batu Panjang ini juga menjadi tempat petilasan pada zaman kerajaan, yaitu sebagai salah satu tempat peristirahatan para raja. Di situs ini pun ada beberapa mitos yang dikenal oleh masyarakat setempat.

Mitos yang ada di Situs Batu Panjang ini, salah satunya adalah ritual merentangkan kedua tangan pada Batu Panjang dipercayai bisa membuat rezeki dan usaha lancar. Kata juru kunci Situs Batu Panjang, ketika sedang melakukan ritual tersebut pengunjung harus berdo’a pada Yang Maha Kuasa, bukan pada batu tersebut.

Menurut juru kunci Situs Batu Gunung, jika ingin rezeki lancar, pengunjung dapat mengukur batu panjang tersebut tiga kali sambil berdo’a, jika tiga kali ukurannya pas, maka menurut juru kunci, rezeki akan mengalir, namun jika ukuran tidak sesuai maka rezeki belum saatnya lancar. Selain itu, ritual berdo’a tetap dilakukan pada Yang Maha Kuasa, tidak pada yang lain.

Selain itu dari hamparan batu yang ada, terdapat sebuah batu yang tumpukan dan susunannya layaknya sebuah kendang, masyarakat setempat menyebutnya sebagai batu kendang. Keberadaan batu kendang ini menarik banyak pengunjung, diantaranya mereka para penabuh kendang juga para sinden yang datang dengan maksud agar dilancarkan dalam menabuh kendang dan menyindennya, terutama agar banyak disukai oleh penonton.

3. Mitos-mitos yang ada di Situs Astana Gede Kawali, Ciamis

Di Situs Astana Gede, yang ada di Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis terdapat Batu Pangeunteungan tempat disemayamkannya abu jasad Putri Dyah Pitaloka. Batu ini dipercaya bisa memudahkan orang untuk mendapatkan jodoh.

Keberadaan Batu Pangeunteungan di Situs Astana Gede Kawali banyak wanita maupun laki-laki yang sulit mendapatkan jodoh, dengan cara ngenteung (berkaca) di batu ini mereka percaya bisa mendapatkan jodoh.

Padahal, Batu Pangeunteungan yang terdapat di Situs Astana Gede Kawali merupakan tempat disemayamkannya abu jasad Dyah Pitaloka yang gugur di Perang Bubat saat berkunjung ke Kerajaan Majapahit untuk menikah dengan Raja Hayam Wuruk.

Selain itu, di Situs Astana Gede, Kawali ada juga ritual untuk buang sial dan ritual bagi perempuan yang ingin terlihat cantik. Di Kawasan ini ada sumber mata air Cikawali. Banyak pengunjung yang mandi di sumber air tersebut kemudian melemparkan celana dalamnya usai mandi. Ritual ini dipercaya bisa membuang sial juga bagi perempuan bisa terlihat lebih cantik.

Sehingga jika Anda berkunjung ke sana, maka jangan heran apabila menemukan banyak sekali celana dalam berserakan di sekitar kolam atau yang tersangkut di pohon maupun berserakan di tanah. Celana dalam tersebut merupakan celana dalam milik para pengunjung yang sengaja dibuang usai menggelar ritual mandi di kolam Cikawali. Umumnya para peziarah datang pada Selasa malam dan Kamis malam untuk melakukan ritual ini.

Menurut budayawan Ciamis yang juga warga di Astana Gede Kawali, Fahmy Husnulyaqin, banyak peziarah. Terutama para wanita yang melakukan ritual mandi di kolam Cikawali. Mereka meyakini bahwa kolam yang airnya berasal dari sumber mata air ini dulunya sering digunakan tempat mandi oleh Diah Pitaloka Citra Resmi yang merupakan putri raja Kerajaan Galuh. Diah Pitaloka merupakan putri raja Galuh yang terkenal karena kecantikannya. Sehingga para peziarah ini percaya kecantikan Diah Pitaloka bisa ‘menular’ pada mereka yang mandi di sumber mata air Cikawali ini.

Facebook Comments