Terapi Kesehatan memakai Rel kereta api? Hah, yang bener?? Itu lah yang ada di pikiran saya pas pertama mendengar berita ini,selidik punya selidik eh ternyata bener-bener terjadi di Indonesia *bangga* :p . Terapi di atas rel KA, diatas rel aktif ckckck gilaaa…. Indonesia banget deh T_T , suka gampang ikut-ikutan, tanpa difikir jauh langsung aja berbondong-bondong tiduran di rel *Horor*.
Ni penggalan Berita nya ”Setiap pagi dan sore hari, rel kereta di dekat stasiun Rawabuaya selalu dipadati warga yang datang dari berbagai wilayah. Mereka percaya aliran listrik dari rel kereta itu bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Biasanya, terapi rel kereta ini dilangsungkan selama 1-2 jam. Tidak jelas kapan dan siapa yang memulai kebiasaan ini.Dari mulut ke mulut, terapi rel listrik di dekat Stasiun Rawabuaya kian menarik perhatian banyak orang. Setiap hari ada saja orang baru yang mulai merebahkan dirinya di rel kereta sebagai salah satu cara yang konon bisa menyembuhkan penyakit.
Hingga kini, asal muasal aktivitas merebahkan diri di rel kereta Rawabuaya yang diyakini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit itu masih misterius. Banyak cerita yang simpang siur dan tidak jelas kebenarannya,termasuk dengan khasiat medis yang ditimbulkan terapi ini. ”
Tuh kan gag diketahui asal muasal eh maen tiduran… Sebelum kamu ikutan Tidur di Rel *ups* silakan pertimbangkan Ini,..
”Selain risiko tersambar kereta, masih ada beberapa risiko kesehatan yang harus diperhatikan sebelum mencoba terapi gratis ini, seperti dikutip dari detik.com ”
1. Partikel berbahaya
Seperti halnya mesin kendaraan bermotor,mesin lokomotif kereta api juga menggunakan komponen-komponen yang bisa membahayakan kesehatan. Bahan semacam asbes yang dipakai sebagai pelapis (perpak) pada sambungan mesin bisa melepaskan partikel di sepanjang jalur kereta dan memicu sejenis kanker paru yakni mesothelioma.
2. Polusi udara
Polusi Udara dihasilkan salah satunya berasal dari gas buang mesin lokomotif. Mesin diesel yang dipakai oleh kebanyakan lokomotif kereta api menghasilkan emisi gas buang yang beracun. Gas karbon monoksida yang merupakan sisa pembakaran tidak sempurna dari mesin lokomotif yang bisa mengikat hemoglobin di dalam darah,sehingga memicu sesak napas karena distribusi oksigen tidak lancar.
3. Polusi suara
Tidak bisa disangkal lagi, hilir mudik kereta api yang melintas menimbulkan suara dengan intensitas sangat tinggi. Belum lagi jika akan melewati perlintasan dengan jalan raya, lokomotif akan membunyikan klakson yang bunyinya memekakkan telinga dan jika terjadi terus menerus bisa memicu gangguan pendengaran.
4. Infeksi bakteri
Seperti diketahui, rel kereta api pada dasarnya merupakan sebuah toilet terpanjang karena kereta yang melintasinya tidak punya toilet yang dilengkapi penampung kotoran. Untuk ‘menyamarkan’ wujud kotoran yang tercecer sepanjang rel, toilet hanya boleh dipakai saat kereta berjalan. Karena itulah, salah satu risiko bermain-main di sepanjang rel kereta api adalah gangguan pencernaan akibat teinfeksi kuman dari kotoran manusia.
So Jangan Ikut-ikutan timbang dulu sebelum berbuat, apakah hal seperti Terapi di atas rel masih bisa diterima akal sehat??
CMIWW