Kesejahteraan buruh, benarkah????
Bisakah seorang buruh menjadi sejahtera?? Pertanyaan ini menjadi sebuah misteri yang sulit di jawab bahkan oleh si buruh sendiri. Hidup secara berkecukupan tanpa harus khawatir akan datangnya hari esok masih merupakan angan-angan bagi seorang buruh, bayangkan saja buruh bekerja selama 8 jam akan mendapatkan upah UMR,mau upah lebih dia harus bersedia lembur berangkat pagi pulang malam, bahkan dia tak pernah melihat matahari terbit dan tenggelam,. Pabrik merupakan ‘rumah’ bagi dia dimana dia menhabiskan 12 jam kehidupanya bergelut mesin dan deru asap pabrik.
Belum lagi jika anda seorang buruh ‘kontrak’ , bayang-bayang pemutusan kontrak kerja selalu menghantui, jelas masa depan begitu suram di matanya. Sudah gaji UMR pas-pasan masih juga di potong badan Outsourcing, jadi mana kesejahteraan yang di impikan??
Taruhlah di kontrak setahun, begitu habis masa kontrak kembali berkutat dengan cv dan surat lamaran, tabungan yang hasil kerja setahun terkuras lagi untuk masa pencarian kerja. Sesudah dapat kerjaan kembali terjebak kontrak ataupun outsorcing. Begitulah terus berlangsung berulang hingga tiba dimana usia dia tak lagi laku di mata industri. (Usia 25 merupakan batas umur yang umum bagi industri) barulah dia merasakan betapa susahnya kesejahteraan dicapai, lulus SMA/STM bergelut dengan Industri dan pabrik tanpa pada akhirnya hanya bisa gigit jari saat usia masuk 25.
Begitu juga yang berhasil menjadi karyawan tetap,bergelut dengan kebutuhan anak istri,sekolah, kesehatan, dan faktanya Perusahaan yang benar-benar memperhatikan karyawan hanyalah segelintir saja,kebanyakan perusahaan hanya bersedia memeras dengan buaian kata-kata loyalitas.!!
So apakah masih berfikir dengan menjadi karyawan atau buruh bisa sejahtera?? Mungkin mimpi boleh, atau anda masuk kategori penjilat.