Bagi masyarakat modern seperti sekarang ini, listrik merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Hampir semua perangkat yang kita gunakan membutuhkan listrik, mulai dari lampu penerangan, TV, komputer, gadget, bahkan hingga berbagai perangkat rumah tangga. Dan kebutuhan listrik ini akan terus meningkat seiring dengan gaya hidup era digital yang membuat semua hal saling terkoneksi.

Kondisi diatas ditambah dengan laju pertumbuhan populasi yang cepat, mau tidak mau membuat Indonesia membutuhkan pasokan energi listrik yang semakin tinggi untuk setiap tahunnya. Listrik merupakan infrastruktur yang penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, menarik investasi, dan pemerataan pembangunan yang pada akhirnya dapat mengangkat kualitas hidup masyarakat secara luas.

Namun sayangnya, pembangkit listrik yang kita miliki masih didominasi oleh PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya daripada pada menggunakan sumber energi terbarukan. Meningkatnya kebutuhan listrik pada akhirnya akan meningkatkan jumlah bahan bakar fosil yang digunakan. Menurut data tahun 2018, dari sekitar 60.000 MW listrik yang digunakan setiap tahunnya di Indonesia, sebagian besar berasal dari batu bara (55%), gas (26%), minyak (7%) dan hanya 12% di antaranya berasal dari sumber energi terbarukan.

Batubara di satu sisi memang memiliki harga yang sangat murah, namun di sisi lainnya memiliki dampak yang sangat besar terhadap lingkungan. Limbah dan polusi yang dihasilkan dari pembakaran Batubara membuat udara menjadi kotor karena telah terkontaminasi oleh debu fly ash dan buttom ash sehingga dapat menjangkiti masyarakat sekitar dengan penyakit pernafasan. Selain itu menurut greenpeace, PLTU juga bertanggungjawab atas hampir setengah (46%) dari emisi karbon dioksida dunia yang berkontribusi pada perubahan iklim.

Waktunya untuk Indonesia Memilih Renewable Energy

Untuk negara kepulauan seluas Indonesia, yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa dan di atas lingkaran gunung berapi aktif, membuat Indonesia sebetulnya dapat menjadi salah satu pemimpin dunia dalam energi terbarukan. Indonesia memiliki banyak sumber renewable energy seperti Tenaga Angin, Tenaga Matahari, Gelombang Laut, dan Geothermal yang siap untuk dimanfaatkan.

Pemerintah sendiri sebetulnya telah menargetkan untuk mencapai 23% renewable energy pada tahun 2025. Indonesia juga berkomitmen untuk memenuhi Perjanjian Paris 2015 dan secara bertahap mengurangi emisi CO2 dari sektor energi.

Renewable Energy Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan 788.000 megawatt (MW), dimana ini lebih dari 14 kali konsumsi listrik negara saat ini. Potensi energi dari geothermal Indonesia saja sudah sangat besar, sekira 40% simpanan energi panas bumi dunia yang cukup untuk menghasilkan 29.000 MW listrik.

Sebagai negara tropis dengan sinar matahari yang panjang, Indonesia juga memiliki potensi energi yang besar. Berdasarkan penelitian Global Source Map yang dilakukan oleh Program Dukungan Manajemen Sektor Energi di Bank Dunia, panas matahari di Indonesia rata-rata 4.800 kWh per meter persegi per hari. Dari angka tersebut, secara statistik Indonesia memiliki potensi tenaga surya lebih dari 500 GW. Namun saat ini, kapasitas tenaga surya yang terpasang di Indonesia belum memadai.

Ladang angin pertama di Indonesia dibangun pada tahun 2018 di Sidrap, Sulawesi Selatan. 30 turbinnya yang tersebar dalam luasan 100 hektare ini dapat menghasilkan 75 MW energi untuk mensuplai kebutuhan listrik 70.000 rumah tangga, dan menjadikannya ladang angin terbesar di Asia Tenggara.

Efisiensi Energi tidak kalah pentingnya.

Selain memilih renewable energy, melakukan efisiensi dan konservasi energi juga merupakan usaha yang tidak kalah pentingnya. Efisiensi energi sendiri merupakan usaha untuk mengoptimalkan energi seminimal mungkin untuk mencapai hasil produksi yang sama atau lebih baik. Sedangkan konservasi energi merupakan usaha untuk mengurangi penggunaan energi semaksimal mungkin.

Efisiensi energi memastikan energi berkelanjutan dan berfokus pada strategi, serta kebijakan energi jangka panjang. Untuk mencapainya dibutuhkan penerapan teknologi terkini dan tenaga ahli yang kompeten.

Solusi Efisiensi Energi dari Schneider Electric

 

Pemimpin transformasi digital pengelolaan energi dan otomatisasi, Schneider Electric mempunyai pengalaman dan kemampuan dalam melakukan pengelolaan renewable energy dan efisiensi energi melalui teknologi digital dalam pengelolaan energi. Schneider Electric mampu memberikan rancangan strategi untuk menyusun peta jalan energi terbarukan, analisis kelayakan, serta efisiensi energi sehingga operasional lebih hemat dan menciptakan keunggulan kompetitif.

Schneider Electric memiliki inovasi ecoStruxure untuk mewujudkan semua itu. Teknologi ini mampu memberikan analisis komprehensif dari pengelolaan energi dengan memanfaatkan IoT sehingga performanya lebih baik, aman, efisien, dan berkelanjutan. Dengan menerapkan EcoStruxure perusahaan akan lebih mudah mencapai tujuannya, mulai dari meningkatkan laba hingga mengurangi emisi karbon, sembari membantu mengelola risiko operasional dan menciptakan keunggulan kompetitif.

Tantangan Renewable Energy di IndonesiaEnergi

terbarukan menghadapi banyak tantangan di Indonesia. Tantangan yang utama adalah kerangka kebijakan dan peraturan yang terus berkembang. Faktor selanjutnya adalah biaya yang masih tergolong tinggi. Walaupun biaya energi terbarukan rata-rata telah turun secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir, namun mendorong investasi pada skala besar di Indonesia masih merupakan proposisi yang lebih mahal daripada membangun PLTU Batubara. Selain itu, tidak adanya jaringan listrik yang kuat dan modern di banyak pulau di Indonesia juga membuat sulit untuk memiliki proyek energi terbarukan.

Terlepas dari semua hal tersebut, untuk masa depan yang lebih baik kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk ikut menjaga perubahan iklim dengan memilih renewable energy sebagai prioritas utama.

 

Facebook Comments