*”cerpen karya nya Besty ^_^ thanks sharingnya …..”*

Sebut aku Lina, Angelina. Sebuah nama yang mudah di ingat,Aku punya sahabat, namanya Lani,Kita berteman lama,sejak SD aku mengenalnya,Dia salah satu teman terbaikku. Namun sekarang !! sedang dipertanyakan keberadaannya sebagai teman.Kronologisnya seperti ini;saat SMP kami sekelas,dan sempat dekat,tidak pernah ada masalah,selanjutnya,kami bertemu di SMA. Di SMA aku mulai mengenalnya lebih jauh,sifat yang tak nampak selama ini mulai kelihatan, dia orangnya baik, tapi sedikit egois. Mirip dengan sifatku. Bedanya, dia anti cowok.Aku gag (^-^) . Dia kelihatan lugu dan polos tapi sebenarnya tidak demikian,dia tau banyak hal yang tidak aku ketahui,Setauku saat itu dia orangnya pemalu, pendiam dan tidak percaya diri. Pernah keluarganya berkata padaku, saat itu kami sedang mengurus keperluan untuk kuliah, “Lin, tolong ya, kalau ada berita apa-apa,kasih tau Lani, dia gag tau info apa-apa klo gag kamu kasih tau,bantu dia mengurus semuanya, dia gag ngerti, dia gag bisa apa-apa,ajak dia, dia bukan orang yang mandiri, yang bisa segala hal !”,“Yapzt”, jawabku spontan. Saat itu aku belum memutuskan, apakah aku sanggup menjaganya atau tidak, apakah aku sanggup mengurusnya atau tidak, aku belum siap untuk mengajarinya segala yang aku tau. (bingung.com)

Pernah terjadi suatu masalah, kira-kira setahun yang lalu. Saat itu aku sedang berada di luar kota (*sebut kota cinta), kesalah pahaman,itu yang slalu dikatakan jika ada masalah. Dia marah,dia kesal,dia perlihatkan egonya, sehingga membuatku marah. Saat itu aku menjauhinya,meskipun ia telah minta ma ’af,Kuceritakan masalah ini pada kakakku,bahwa aku tak ingin bersama Lani,Lani tidak mandiri,tidak bisa apa-apa,dan aku memilih untuk sendiri,Tak lama kemudian, dia menyusulku ke kota cinta. Kubiarkan ia sendiri, tidak bersamaku. Pernah Lala,salah seorang sahabat kami,bertanya padanya di hadapanku,“Ngapain kamu sendirian disana? Kog gag tinggal sama Lina aja?”, sesaat aku terdiam mendengar pertanyaan itu,sungguh,tak ada alasan aku membiarkannya sendiri,dan memang aku tak pernah mengajaknya. Simple Lani menjawab “ tak ada tempat, disana sudah terlalu banyak orang”. Huuhh,,jawaban Lani menenangkanku,

Lama di kota cinta membuat ku semakin dekat dengannya,tak bisa kubiarkan ia sendiri, dia sahabatku, hati kecilku berkata demikian,Kulakukan semua yang terbaik untuknya, sebisaku, yah, begitupun dengan dirinya. Aku menyayanginya, tak bisa ku bohongi diriku akan hal itu. Setiap kesulitan yang dilalui Lani adalah kesulitanku. Saat itu Ku bilang pada kakak bahwa aku ingin bersama lagi dengan Lani, sedikit bingung kakak menjawab, “apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu? Bukan kah kamu sendiri yang bilang kamu tak sanggup mengurusnya, membuatnya mandiri dan mengajarinya segala hal ?”, aku hanya bilang pada kakak, “aku ingin mencoba”. Keputusan di tangan ku, dan kakak menerimanya selama itu baik.

Ku ajak Lani tinggal ditempatku, dan sejak kami bersama aku ajari semua yang aku tau. Begitupun dengannya, dia ajari aku hal-hal baru yang aku tak tau, dia ternyata tau banyak hal. Sedikit tentangku, tidak semua yang ku tau ku beritau pada orang,tidak semua yang benar kubilang benar pada orang, dan tidak selalu yang salah ku bilang salah pada orang. Dan satu hal lagi, aku tidak suka orang menyaingi aku dengan caraku. Tapi, untuk Lani tanpa terkecuali, bahkan untuk hal-hal sekecil apapun ku ajari dia. Kulihat perubahannya, ia mulai jadi pemberani, percaya diri, gaul dan bisa membuat dirinya tampil cantik,Satu lagi, dia sudah tidak pendiam,Aku bahagia, hati ku berkata aku berhasil,Semua yang ku ajari diterima Lani dengan baik, sebagian diterapkannya.

Tapi entah sejak kapan, aku tak tau, dia menjadi liar, aku seperti telah menciptakan monster. Oh, God! Kesalahan apa yang telah ku perbuat. Dia menyaingiku dengan caraku, sesuatu yang paling tidak aku sukai,Dunia terbalik,semua yang menyukaiku, kini menyukainya, semua yang menyayangiku kini menyayanginya. Kutenangkan hatiku,aku berusaha untuk positive thinking, yah, mungkin dia memang lebih baik dariku, dia bukan sainganku, dia sahabatku, jadi apa salahnya aku berbagi, toh aku juga tak akan kekurangan, begitu fikirku. Saat itu aku tak menganggap itu masalah,aku percaya padanya,teman memang mungkin berkhianat, tapi untuk pertemanan yang dilandasi cinta dan kasih sayang, ku pikir itu tidak mungkin. Lani tak mungkin menyaingiku, Lani tak mungkin menghianatiku. Aku ibarat langit, dan Lani bintang nya. Bintang tak kan nampak jika tak ada langit, begitupun langit, tak kan indah tanpa bintang.

Suka duka kami jalani bersama, hingga suatu saat kami mengalami konflik. Yah konflik!! Fyuhh,…

Malam Senin. Saat itu kami sedang berbincang-bincang mengenai suatu masalah.
“Lina, menurutmu bolehkan pernikahan jarak jauh itu?” tanya Lani.
Tanpa berfikir panjang aku menjawab, “gag boleh donk, ntar orang ijab kabul, kamu malah asik jalan ke mall”.
Lani membantah, “boleh-boleh aja kog…”.
Ku potong jawaban Lani, dengan nada sedikit kesal, “ helloww,, apa kamu mau ntar papa mu ngirimin suami buat kamu disini, tanpa sepengetahuan kamu mereka udah ijab kabul di kampung? Mana ada sich pernikahan jarak jauh? Gila kali yang kayak gitu !”
Lani tetap pada pendiriannya, “setau ku boleh kog, aku pernah baca di internet, klo gag salah, pernikahan dilakukan lewat telfon.!”
Jawaban Lani mulai membuatu kesal,ternyata dia mengujiku, dia menanyakan yang sudah dia tau padaku, tak ku sangka dia lakukan itu padaku. Ku pikir baik-baik masalah ini, menurut logika ku ini tetap tidak mungkin.
“ Ngapain pake telp segala, toh yang ngomong juga mereka yang di sana kan, kamu hanya diam aja di sini, ntar bisa ja kamu mendengarkan mereka ijab kabul sambil di kamar mandi, mereka kan gag tau kamu lagi apa !” begitu yang kusampaikan sesuai yang terpikir di benakku,Lani tak pernah mempermasalahkan contoh yang kuberikan, dia hanya bilang, “sekarang kan sudah ada 3G atau bisa juga internet,lagian maksudku cowoknya yang jauh dari penghulu, jadi ijab kabul itu dilaksanakan lewat telp ”, jelasnya.
Logika ku masih belum bisa menerima, di benakku yang terfikir, bisa saja cowok lagi sibuk-sibuk kerja, truz si cowok hanya bilang, ya,ya, lanjutkan saja, sambil sibuk mengerjakan pekerjaan nya, dan pas sampai giliran cowok baru dia berhenti sejenak dan mengucapkan ijab kabul, kemudian mematikan telp dan kembali bekerja. Hmmm,..gampang amat nikah ya..??
Kubantah lagi perkataan Lani, “tetap aja gag mungkin, siapa sih yang bilang itu boleh, kapan kamu baca internetnya?”
Lani menjawab, “Mungkin-mungkin saja, aku bisa buktikan ke kamu,aku bisa buka internet sekarang, kalau aku benar kamu harus mijitin aku selama sejam, tapi kalo aku salah kamu boleh minta apa aja yang kamu mau ”.
Astaga, Lani ngajak aku taruhan. Kesal,marah, rasa ingin berteriak,seharusnya aku sadar dari awal dia mengujiku, dia punya bukti, dia menjebakku, sahabatkah yang berbuat demikian? Tak ku sangka dia lakukan ini padaku, aku bingung, tak tau harus berbuat apa,Logikaku (menurut contoh/penjelasan yang kuberi) pernikahan itu tak kan mungkin terjadi, kubilang padanya, “kalau aku minta rumah apa kamu sanggup memberiku? Kalau aku minta mobil apa kamu sanggup? Sudah lah, kamu memang punya bukti, tapi aku berpikir pakai akal sehat, mana akal sehat mu? Udah gag da? Gila lo !”
Tertegun Lani mendengar perkataanku, “apa?”, tanyanya ingin memastikan, benarkah yang didengarnya??
Aku sangat kesal, dia ingin aku memijitnya sejam dengan bukti yang dimilikinya, tak akan, aku tak mau, aku bukan tukang pijit, aku bukan pembantu,tega sekali Lani berbuat demikian padaku, kemana hati nuraninya? Adakah dia menganggap aku sahabatnya? Aku kecewa,kecewa padanya, aku emosi, tak bisa ku tahan marah ku padanya,tak sadar aku berkata padanya, “terserah gue, lo, lo, gue, gue!”.

Setelah berkata demikian, aku langsung membaringkan diri, tidur,menghadap ke dinding, seketika suasana hening, tak ada jawaban lagi dari Lani, mungkin dia terkejut, hmm, yah aku rasa aku salah,aku sudah kelewatan. Kulihat hanya ada tembok putih di depanku,kupikirkan apa yang telah terjadi, harus kah aku minta ma ’af atas ucapanku, hati kecilku berkata ya, tapi perasaan ku berkata tidak,perasaan ku masih merasakan sakit,Belum sempat aku bangun mendengarkan hati kecilku, Lani sudah bicara, bicara pada Vivi, salah seorang sahabat kami. “Vi, lihat dech, benar kan apa yang ku bilang pernikahan jarak jauh itu boleh”, begitu ucapnya dengan nada belagu!? Astaga,ternyata selama keheningan tadi dia membuka internet, dia mencari bukti, dia masih mempermasalahkan itu, dia masih berkata klo dialah yang benar. Pikirku,mungkin dia masih ingin melihat aku memijitnya seperti pembantu. Tuhan apa salahku padanya, tak kuasa ku menahan air mata ini, ku urungkan niat ku untuk minta ma ’af. Rasa kesal ku semakin memuncak, belum pernah kutemui seorang teman seperti ini, tak kusangka seorang sahabat terbaikku akan melakukan ini padaku. Kupikirkan apa yang akan terjadi besok,hmm, mungkin aku akan memanggil tukang pijit untuknya, aku bersedia membayar orang, yang penting bukan aku yang melakukannya, tapi apakah Lani mau ?Bukankah yang diinginkannya melihatku seperti pembantu? Arrgh, tak kan jangan pernah harap!!.

Kupikirkan lagi jalan keluarnya, hmmm,mungkin aku bisa bertanyapada dosen agamaku, yah, kebetulan besok ada mata kuliah agama,Sedikit membuatku tenang,dan akhirnya aku tertidur,Pagi yang cerah, begitu semangat aku pergi ke kampus,meski tak saling menyapa dengan Lani,aku merasa tak lama lagi semua ini akan berakhir, sempat terpikir, jika dosenku berkata hal demikian boleh, akankah aku memijitnya? Ahh, tidak, jika aku salah akan kukirim tukang pijit ke rumah,kejutan untuknya, mau tidak mau,aku telah memenuhi hutang ku,Seusai pelajaran, suasana kelas mulai hening, ku beranikan diri menghampiri dosenku, dan aku mulai membuka percakapan dengan HP ku telah siap untuk merekam jawabannya, kalau-kalau aku benar, aku punya bukti.

“ Pak, mau tanya dikit boleh Pak?”
“Ya, tentu saja, ada apa?” jawab dosenku .
“Begini Pak, kemaren ada perdebatan sedikit di kos, mengenai pernikahan jarak jauh. Jadi apakah pernikahan jarak jauh itu boleh atau tidak ?”
“Oo, sebenarnya begini, pernikahan jarak jauh sekarang juga masih diperdebatkan oleh para ulama, sebagian ulama mengatakan boleh,dan sebagian lagi mengatakan tidak boleh, pernikahan jarak jauh itu jarang terjadi, sebab pernikahan itukan merupakan sesuatu yang sakral, kalau pun terjadi tentu keadaannya sangat mendesak dan pelaksanaannya di kedua tempat haruslah sakral. Namun memang beberapa ulama masih tidak bisa menerima pernikahan jarak jauh ”begitu jelasnya.
“ Makasih Pak, penjelasannya”, ucapku.
Lalu kami meninggalkan ruangan kelas,aku bergegas pulang, ada rasa bahagia, ingin tertawa. Ternyata pemikiran kami berdua keduanya benar, ulama aja berdebat. Jadi kenapa kami harus menggap ini masalah. Ini bukan kajian kami. Biarlah para ulama saja yang berdebat, dan menentukan keputusan nantinya.

Sesampai di rumah, kulihat dia sedang bahagia tertawa bersama teman-teman kos lainnya, apa yang membuatnya begitu bahagia? Pikiran negatifku mulai muncul,tidakkah dia menganggap ini masalah,tidakkah dia ingin menyelesaikannya? Atau mungkin dia bahagia karna dia menganggap telah menang, dia tak sabar ingin melihatku memijitnya seperti seorang pembantu memijit majikannya? Teringat aku akan kisah film 30 Hari Mencari Cinta, tiga Sahabat bertaruh dan akhirnya berantem. Huh, pikiranku kacau,aku kembali marah, aku merasa sakit melihatnya tertawa. Lani seolah-olah tertawa di atas kesedihanku. Tak mau aku menyapanya duluan, kubiarkan dia dengan kebahagiaannya itu. Sakit, hanya itu yang kurasa. Sia-sia aku bertanya pada dosenku.

Malam harinya kujalani sendiri. Teringat aku akan seseorang nan jauh disana, pacarku, mungkin dia bisa menenangkanku. Ku coba untuk menghubunginya, berkali-kali. Tak di angkat. Memang sudah lama aku tak menelponnya, tapi kemana dia sekarang saat kubutuhkan? Jam hampir menunjuk angka 9. Kuputuskan untuk menelpon salah seorang sahabat terbaikku, Andi,cowok baik yang slalu ada untukku,Kuceritakan semua masalahku padanya,spontan ia menjawab, ia baru saja melihat pacarku baru pulang dari rumah mantannya.Aku terdiam. Sial, kenapa semua masalah menghampiriku? Apa yang sebenarnya terjadi? Kucoba untuk menenangkan diri, mungkin ini cobaan.

Selasa pagi, kucoba untuk menjalani hari seperti biasa, sulit, tapi aku tak mungkin berhenti diam disitu saja. Masalah dengan temanku belum selesai, sekarang masalah baru telah muncul. Ku coba untuk menyelesaikannya satu per satu,Malamnya ku telp pacarku,kutanyakan keberadaannya semalam, dengan nada kaget ia menjawab bahwa ia bermain di rumah temannya. Berbelit-belit,rumit, dia slalu membela diri, akhirnya kuputuskan dia!! Percuma untuk terus bersama . Mungkin dia kesal aku lebih percaya sama Andi daripada dia. Aku sendiri bingung,sudah benarkah keputusanku ini? Tak kuasa ku tahan tetesan air mata jatuh, aku kehilangan dua orang yang paling kusayangi pada saat yang sama. Tuhan,sebesar inikah ujian-Mu? Setelah ini apa lagi? Aku seperti tak punya hati, sakit, perih, hatiku tlah hilang, hancur lebur,Bagaimana tidak, seharusnya saat ini ada seorang sahabat yang bisa menenangkan ku, aku sangat membutuhkan kehadirannya. Lani, kemana kamu?Bukankah kamu seharusnya ada di sini menemaniku? Bukan kah seorang sahabat itu salau ada saat suka dan duka?

Rabu pagi, aktivitas seperti biasa, diselingi dengan tetesan air mata kala teringat masalah. Pulang dari kampus kulihat Lani sibuk dengan kegiatannya. Adakah dia memperhatikanku? Adakah dia tau kalau
aku sudah putus dengan pacarku?Sepertinya tidak, dia cuek dengan keadaanku, keadaan disekitarnya. Dia seperti tak peduli. Tuhan,tercipta dari apakah hati Lani, pikiranku kembali kacau,aku seperti telah menciptakan monster, dia liar, Lani tak mengingat semua kebaikanku, Lani telah melupakanku, dia telah asik dengan dunianya sekarang, yah, seharusnya duniaku, dia merebut semua yang kumiliki. Tak tau rasa apa yang tumbuh di hati ku. Aku seperti membencinya, dia bukan Lani yang ku kenal dulu. Tak tau pasti apakah itu benci atau rasa sakit yang sedang menjelma menjadi benci.

Kamis, hari keempat tanpa Lani. Dosakah kami tanpa saling menyapa selama empat hari ini? Terlihat konyol, teman yang kukenal dari SD kini pergi hanya karna masalah kecil. Masalah kecil yang sepertinya buntu. Masalah yang tak punya jalan keluar,Bagaimana tidak, dia tak pernah mau menyapaku duluan, begitupun aku. Dia hanya menunggua,sama sepertiku. Meski ada pepatah setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, tapi untuk masalah ini sepertinya hal itu tidak berlaku, karna tak ada yang mau mengalah, egoku dan egonya sama tinggi, padahal satu-satunya jalan keluar tentu harus ada yang mengalah.

Jum ’at. Tak ada jadwal kuliah, tak tau harus berbuat apa. Bingung,Rasanya aku sudah tak sanggup jalani kehidupan ini,Aku ingin mencurahkan semua rasa sakitku. Tapi pada siapa? Siapa yang mau menampung deritaku ini? Hatiku yang terdiri dari 100% cinta, 50% untuk Lani sahabatku dan 50% lagi untuk pacarku,kini keduanya hilang. Aku seperti lumpuh,tak bisa berjalan. Seseorang masih bisa hidup dengan 1 ginjal,begitupun aku,masih bisa hidup dengan setengah hati,sakit karna cinta sudah biasa bagiku,karna aku punya Lani yang bisa mengobatinya,Kehilangan sahabat tapi memiliki cinta masih bisa menguatkanku, meski perjalanan hidupku akan pincang setidaknya hidupku masih bisa berjalan,Tapi sekarang ???keduanya pergi, siapa yang bisa membantuku, tangisku semakin menjadi.

Andaikan ada seseorang yang bisa menghapus air mata ini. Ferdi,teringat aku padanya. Mantan pacarku yang kutinggalkan dahulu,ahh, masih mau kah dia menghapus air mata ini seperti dulu?Masihkah dia peduli padaku. Hmm, hanya ada satu cara untuk tau jawabannya,mencoba. Ku telp Ferdi, suaranya masih seperti dulu. Dia baru pulang kuliah,kuminta dia menjemputku ke rumah,Jawabannya simple, “yah, 10 menit lagi aku sampai”. Thankz god,sedikit tak percaya, Ferdi mengabulkan permintaan ku. Kuceritakan masalahku dengan Lani pada Ferdi, tapi tak kuceritakan mengenai pacarku. Ferdi menenangkanku, diberinya saran untukku mengalah dia tau aku orangnya tak pernah mengalah dan tak mau kalah, tapi dia sarankan aku untuk mencobanya, mengalah bukan berarti kalah ,Kata-kata bijak keluar dari ucapanya.Belum sempat aku menanggapi yang dikatakan, dia sudah membantahku,Ferdi sepertinya tau apa yang akan ku katakan. “Cobalah dulu,memang itu sulit,tapi akan lebih sulit lagi menjalani kehidupan yang penuh masalah, aku mengerti kamu butuh waktu, setidaknya kamu bisa menyiapkan mental sampai hari minggu besok, jangan terlalu lama,tapi aku juga tak memintamu sekarang kalau kamu belum siap ”Wow, aku seperti melihat malaikat dalam dirinya. Otak ku mencerna setiap kata-katanya, aku sepertinya punya semangat baru, punya harapan baru, meski aku belum tau akankah aku mencoba mengalah untuk menyapa Lani.

Sabtu pagi, bangun tidur, Kulihat Lani tidur di ruang tengah, suasana masih hening, karna hari libur biasanya memang seperti itu, saatnya anak kos menuai kemurnian (Z_Z). Entah kerasukan apa aku, entah apa yang terjadi, tak bisa ku tahan diriku, hatiku, perasaanku,mengalahkan ego ku, ku bangunkan Lani dengan lembut. “Lan bangun,Ikut aku sebentar”, ajakku. Seketika Lani bangun dan menuruti ajakanku. Kami berjalan menuju kamar. Aku tlah siap dengan apa yang terjadi, aku tlah siap menerima kekalahan ku,meski orang berkata mengalah bukan berarti kalah, tapi aku merasa aku mencoba melakukan hal bodoh, begitu kata egoku, tapi hatiku berkata aku benar, lanjutkan tindakan ini. Di kamar, kami terdiam, kutatap mata Lani, dia balik menatapku. Air mata kami sama-sama mengalir, kami berpelukan, “Lani, aku sayang kamu,ma’afkan aku”, bisikku padanya,“Aku telah memaafkan mu, Lin! Jauh sebelum kamu minta maaf. Aku juga sayang kamu. Aku hanya ingin melihat kamu mengalah padaku kali ini saja, aku bangga padamu,kamu bisa melakukannya. Aku bahkan tak percaya kamu bisa! Untuk selanjutnya aku akan mengalah untuk mu, Lin !”, kata-kata Lani seolah menghentikan dunia, aku bahagia, aku bahagia, aku sayang Lani,rasanya aku tak ingin melepaskan pelukannya, aku takut kehilangannya..Lani juga membantuku menemukan belahan hatiku kembali, yah cintaku, Lani slalu bisa membantuku keluar dalam masalah cinta.Aku telah mema ’afkannya. Seperti aku mema’afkan Lani. Hingga kini aku kembali memiliki keduanya.

Namun..kebahagiaan tak slalu berpihak pada kami. Beberapa bulan setelah kejadian itu kami kembali mengalami konflik. Kali ini lebih parah lagi,!

Lanjut disini ^_^ => Part 2

Facebook Comments